CaremodeID – Di tongkrongan, “Skincare buat cewek” masih sering jadi bahan bercanda. Padahal Skincare itu urusan kesehatan kulit—bukan soal gender. Kulit cowok juga terpapar matahari, polusi, keringat, sampai iritasi cukur. Kalau diabaikan, hasilnya jerawat bandel, warna kulit belang, dan penuaan dini. Generasi Z yang hidup di kota panas dan sibuk butuh kebiasaan higienis plus proteksi harian: cuci muka, pelembap, dan SPF. Ini bukan tren vanity; ini literasi kesehatan dasar yang bisa disetel sederhana, hemat waktu, dan tetap maskulin—karena bersih dan terlindungi selalu relevan.
Kenapa Skincare relevan buat cowok Gen Z

Kabar baiknya: kulit cowok itu kuat, tapi bukan berarti kebal. Produksi minyak cenderung lebih tinggi, bikin pori tersumbat dan jerawat mudah muncul. Studi global menempatkan acne sebagai penyakit kulit paling umum usia remaja-dewasa muda; prevalensi remaja laki-laki bahkan dilaporkan di kisaran 27–28% pada beberapa populasi. Tambahkan faktor gaya hidup: helm berminyak, keringat latihan, makan terburu-buru. Rutinitas ringkas (cleanser lembut—bukan sabun badan—lalu pelembap dan sunscreen) sudah cukup untuk menurunkan risiko komedo, kusam, dan noda paska-jerawat. PMC+1
Jerawat bukan satu-satunya isu. Banyak cowok cukur rutin dan berhadapan dengan pseudofolliculitis barbae (razor bumps): rambut tumbuh balik ke kulit, munculkan benjolan merah gatal dan kadang bernanah. Organisasi dermatologi menyarankan teknik cukur yang benar, bilah tajam, arah searah tumbuh rambut, plus pre-shave dan pelembap untuk meredakan peradangan. Mengganti pisau lebih sering dan memberi jeda cukur juga menolong. Ini bagian dari Skincare yang sangat “cowok”: merawat kulit setelah alat cukur menyentuhnya, agar tetap rapi tanpa iritasi. DermNet®+1
Polusi, UV, dan layar: kombinasi sehari-hari yang diam-diam ganas
Buat Gen Z di kota-kota besar, polusi adalah “musuh tak terlihat”. Paparan PM2.5 berhubungan dengan gangguan fungsi skin barrier, kemerahan, pigmentasi, dan penuaan dini; beberapa komponen polusi juga bersinergi dengan sinar UV, memperparah kerusakan oksidatif. Di Asia Tenggara dan kota-kota Indonesia, indikator kualitas udara sering masuk kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif—kondisi ini bikin proteksi harian jadi masuk akal. Artinya, bersihkan wajah malam hari untuk mengangkat partikel, lalu pasang sunscreen di siang hari. Kebiasaan kecil, dampak besar. PMC+2PMC+2
Soal UV, datanya tegas: lembaga kesehatan dunia menyatakan paparan berlebih terkait jutaan kasus kanker kulit non-melanoma dan ratusan ribu melanoma secara global. CDC juga menegaskan sebagian besar kanker kulit dipicu UV. Dermatolog merekomendasikan sunscreen broad-spectrum minimal SPF 30—blok sekitar 97% UVB bila dipakai cukup. Ini bukan soal “kulit putih” atau “imut”; ini pencegahan kerusakan DNA. Pakai dua jari sunscreen untuk wajah-leher, ulang tiap 2–3 jam saat outdoor. Topi, kacamata UV, dan naungan menambah poin proteksi. CDC+4World Health Organization+4World Health Organization+4
Data ringkas Skincare : kebiasaan kecil, hasil nyata
Ringkasnya: jerawat adalah masalah global anak muda; polusi dan UV memperparah inflamasi dan pigmentasi; iritasi cukur sering terjadi pada kulit berewok. Kebiasaan “3 langkah—60 detik” (cleanser lembut, pelembap non-komedogenik, sunscreen SPF 30) menargetkan tiga poros: kebersihan, barrier, dan proteksi. Bila sering di depan layar, riset tentang blue light menunjukkan potensi hiperpigmentasi dan stress oksidatif—masih berkembang, tapi jadi alasan tambahan untuk pakai sunscreen dan antioksidan ringan (niacinamide, vitamin C) di pagi hari. PubMed+3PMC+3PMC+3
Ke depan: normalisasi, efisiensi, dan jebakan marketing
Normalisasi Skincare pada cowok akan makin kuat—bukan sebagai kosmetik, melainkan kebersihan plus proteksi. Namun, ada jebakan yang perlu dihindari.
- Over-routine: 10 langkah bukan patokan. Kulit butuh konsisten, bukan ribet.
- Klaim hiperbola: “instant glow” sering tak ilmiah. Lihat bahan aktif dan konsentrasi.
- Produk multitugas: pilih yang efisien (pelembap dengan niacinamide; sunscreen nyaman dipakai ulang).
- Kulit berjerawat: cari label non-comedogenic dan uji patch. Bila meradang berat, konsultasi untuk retinoid/topikal antibiotik.
- Cukur: ganti pisau, kompres hangat, shaving gel, tarik kulit minimal, dan akhiri dengan pelembap ringan. American Academy of Dermatology+1
Kesimpulan
Kulit yang bersih, lembap, dan terlindungi UV itu basic hygiene, sama seperti sikat gigi. Buat cowok Gen Z, setel saja kebiasaan “3 langkah—60 detik”: cuci, lembapkan, sunscreen. Tambah disiplin cukur yang ramah kulit dan bersihkan polusi di malam hari. Praktis, hemat, terbukti, dan—yang terpenting—ini soal kesehatan, bukan stereotip.
Referensi
World Health Organization. Ultraviolet radiation (2022). WHO. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ultraviolet-radiation
World Health Organization. Radiation: Protecting against skin cancer (2024). WHO Q&A. https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/radiation-protecting-against-skin-cancer
Centers for Disease Control and Prevention. Sun Safety Facts (2024). CDC. https://www.cdc.gov/skin-cancer/sun-safety/index.html
American Academy of Dermatology. How to select a sunscreen (diakses 2025). AAD. https://www.aad.org/public/everyday-care/sun-protection/shade-clothing-sunscreen/how-to-select-sunscreen
Liu Y, et al. Recommendations for managing adult acne… (2024). Dermatol Ther (Heidelb). https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11251184/
Kutlu Ö, et al. Adult vs adolescent acne: narrative review (2022). Dermatol Ther. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9837660/
Oh SJ, et al. High vs low particulate: skin barrier impact (2021). Int J Mol Sci. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8137329/
DermNet NZ. Pseudofolliculitis barbae (diakses 2025). DermNet. https://dermnetnz.org/topics/pseudofolliculitis-barbae
Kumari J, et al. Blue light & digital screens on skin (2023). J Cosmet Dermatol. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36594795/
Catatan akses: seluruh tautan diverifikasi pada 22 September 2025.
Tinggalkan Balasan