CaremodeIDย โ€“ย Media Sosial adalah ruang tempat Gen Z tumbuh, belajar, dan membangun identitas. Dari mencari berita, menyusun selera, hingga menyuarakan nilai, semua bertemu dalam layar kecil yang selalu menyala. Namun di balik koneksi dan peluang, ada bias algoritmik, budaya perbandingan, dan kelelahan digital yang pelan-pelan mengubah cara kita menilai diri dan dunia. Artikel ini memetakan polaโ€”apa yang membentuk, apa yang menyesatkan, dan apa yang bisa kita lakukanโ€”agar relasi Gen Z dengan Media Sosial terasa lebih sehat, kritis, dan memberdayakan.

Bagaimana Media Sosial menata kebiasaan, selera, dan identitas

Media Sosial dan Cara Ia Membentuk Pola Pikir Gen Z
https://id.pinterest.com/pin/12103492737621576/

Kebiasaan digital Gen Z dibentuk oleh pola konsumsi cepat: video pendek, rekomendasi personal, dan jejaring sebaya. Riset Pew menunjukkan YouTube, TikTok, Snapchat, dan Instagram tetap mendominasi, menegaskan bahwa pengalaman informasi kian visual, singkat, dan berlapis hiburan. Kebiasaan ini menguntungkan kreativitas dan aksesโ€”siapa pun bisa belajar, berkarya, dan membangun komunitas tanpa gerbang institusi. Namun, format yang serba cepat juga memadatkan kompleksitas menjadi potongan yang mudah โ€œdikunyahโ€, sehingga nuansa sering hilang dan opini cepat menjadi โ€œkebenaranโ€ yang viral. Di sinilah literasi digitalโ€”memeriksa sumber, konteks, dan motifโ€”menjadi keterampilan dasar, bukan tambahan. Pew Research Center

Di ranah identitas, Media Sosial menghadirkan panggung untuk mencoba peranโ€”dari aktivis iklim hingga kreator desain. Hasil studi besar Oxford menyimpulkan bahwa, secara global, keterhubungan internet sering berkorelasi positif dengan kesejahteraan, menandakan potensi manfaat sosial dan emosional bila digunakan aktif dan bermakna. Namun, kajian lain memperingatkan perbedaan antara penggunaan aktif (berinteraksi, berkarya) dan pasif (scroll tanpa tujuan); yang terakhir lebih rentan memicu kecemasan dan perbandingan sosial. Jadi, bukan sekadar โ€œberapa lamaโ€, melainkan โ€œbagaimanaโ€ kita hadir di platform. University of Oxford+1

Implikasi Media Sosial terhadap cara berpikir: dari berita, opini, hingga keputusan

Saat Media Sosial menjadi gerbang utama ke informasi, pola pikir Gen Z dibentuk oleh logika feed: relevansi personal mengalahkan hirarki editorial. Laporan Digital News Report 2025 mencatat pergeseran cepat konsumsi berita ke platform sosial dan video, dengan konsekuensi turunnya kepercayaan dan keterikatan pada media institusional. Dampaknya: kebenaran terasa โ€œtersebarโ€ di antara banyak suara, sementara algoritme menonjolkan keterlibatan, bukan selalu akurasi. Pola pikir kritis perlu mengimbangiโ€”cek lintas sumber, simpan rujukan, dan pahami perbedaan opini dengan bukti. Reuters Institute+1

Pada keputusan sehari-hariโ€”belanja, kesehatan, hingga karierโ€”pengaruh kreator dan teman sebaya sangat kuat. Rekomendasi terasa intim dan dipercaya. Namun, lembaga kesehatan menekankan praktik aman: batasi paparan menjelang tidur, minimalkan konten perbandingan fisik, dan kenali tanda penggunaan bermasalah. Ini bukan alarmisme; ini panduan agar keputusan tidak digerakkan dorongan sesaat atau FOMO, melainkan nilai dan tujuan pribadi. American Psychological Association+1

Data utama Media Sosial : pola pakai, kesejahteraan, dan risiko

Media Sosial dan Cara Ia Membentuk Pola Pikir Gen Z
https://id.pinterest.com/pin/14073817577723811/

Pew (2025) melaporkan mayoritas remaja menggunakan YouTube, disusul TikTok, Snapchat, dan Instagram; orang tua cenderung lebih khawatir tentang kesehatan mental dibandingkan remaja itu sendiri. WHO Eropa menemukan kenaikan โ€œproblematic social media useโ€ dari 7% (2018) ke 11% (2022), menandakan sebagian pengguna kesulitan mengontrol kebiasaan digital. Di sisi lain, studi Oxford skala global menunjukkan mayoritas hubungan antara konektivitas dan kesejahteraan bersifat positif. Kesimpulannya: efek Media Sosial tidak seragam; konteks, cara pakai, dan kerentanan individu menjadi kunci membaca data. Pew Research Center+2World Health Organization+2

Ke depan: polarisasi, kelelahan digital, dan jalan tengah yang manusiawi

Dalam beberapa tahun ke depan, kita berhadapan dengan tiga dinamika: platform makin mendorong video pendek bertenaga rekomendasi; diskursus publik terfragmentasi; dan standar representasi diri tetap tinggi. Potensi konfliknya jelasโ€”polarisasi opini, kelelahan digital, dan โ€œkrisis keaslianโ€ saat performa terasa wajib. Namun peluangnya juga nyata: komunitas niche yang suportif, pembelajaran mandiri, dan aktivisme kreatif yang gesit. Reuters Institute

Langkah praktis yang bisa diterapkan sekarang:

  • Atur โ€œritual digitalโ€: matikan notifikasi non-esensial, jeda 1 jam sebelum tidur, dan tetapkan โ€œjam sunyiโ€ harian. American Psychological Association
  • Gunakan daftar sumber tepercaya untuk isu penting; simpan tautan rujukan sebelum berbagi. Reuters Institute
  • Alihkan porsi pasif ke aktif: ikut komunitas belajar, buat karya, atau diskusi mendalam. Oxford Academic
  • Kenali tanda penggunaan bermasalah dan minta dukungan bila perlu (konselor, teman, keluarga). HHS.gov

Kesimpulan

Media Sosial bukan sekadar tempat berkabar; ia adalah arsitek halus cara kita memaknai dunia. Untuk Gen Z, kuncinya bukan lepas sepenuhnya, melainkan hadir dengan niat: kurasi feed, pelan saat harus pelan, cepat saat perlu cepat, dan selalu cek kenyataan di luar layar. Pola pikir yang sehat lahir dari kombinasi rasa ingin tahu, disiplin kecil setiap hari, dan keberanian berkata โ€œcukupโ€ agar perhatian kembali ke hal yang penting.

Referensi

Teens and Social Media Fact Sheet (2025), Pew Research Center, akses 10 Juli 2025. Pew Research Center

Teens, Social Media and Mental Health (2025), Pew Research Center, akses 22 April 2025. Pew Research Center

Digital News Report 2025 (Executive Summary & PDF), Reuters Institute, University of Oxford, 17 Juni 2025. Reuters Institute+1

Teens, screens and mental health (2024), WHO Regional Office for Europe, 25 September 2024. World Health Organization

Health Advisory on Social Media Use in Adolescence (2023), American Psychological Association, akses berkelanjutan. American Psychological Association

Internet use statistically associated with higher wellbeing (2024), University of Oxford News, 14 Mei 2024. University of Oxford

Are active and passive social media use related to mental health? (2024), Journal of Computer-Mediated Communication (Oxford Academic). Oxford Academic

Social Media and Youth Mental Health: The U.S. Surgeon Generalโ€™s Advisory (2023), U.S. HHS (PDF). HHS.gov


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *