CaremodeID – Foto before–after di Iklan Skincare seperti sulap: jerawat lenyap, pori “mengecil”, warna kulit merata. Namun, apakah transformasi itu nyata atau sekadar permainan cahaya, filter, dan copywriting? Untuk Milenial–Gen Z yang tumbuh bersama TikTok dan IG, pertanyaan ini krusial: uang dan kesehatan kulit dipertaruhkan. Artikel ini membongkar cara kerja visual, rambu regulasi, dan check-list sederhana agar kamu bisa menilai Iklan Skincare dengan kepala dingin—bukan FOMO.

Kenapa Before–After Iklan Skincare Bisa Tampak “Ajaib”?

Kenapa Before–After Iklan Skincare Bisa Tampak “Ajaib”?
https://id.pinterest.com/pin/563018698672389/

Banyak perubahan di foto terjadi bukan karena bahan aktif, melainkan teknik visual. Perubahan sudut lampu saja dapat mengubah persepsi tekstur kulit, membuat kulit terlihat lebih halus tanpa terapi apa pun. Studi fotografi klinis menunjukkan pergeseran kecil posisi cahaya dapat “menciptakan” perbaikan yang tidak terjadi, sehingga standardisasi pencahayaan dan posisi sangat penting. SpringerLink+1
Di dermatologi, ada pedoman kualitas foto: jarak, sudut, latar, dan bahkan suhu warna harus konsisten agar hasil fair. Tanpa standar itu, before–after berisiko bias. Panduan akademik merekomendasikan pencahayaan konsisten (sekitar spektrum siang) dan alignment wajah yang sama, karena ketidaktepatan posisi bisa menipu penilaian hasil. IJDVL+2RxPhoto+2

Iklan Skincare & Aturan Main: Filter, Influencer, dan Label

Di Inggris, ASA/CAP menganggap visual sebagai klaim. Mereka menegaskan penggunaan filter yang relevan dengan performa produk bisa menyesatkan; keluhan atas filter di iklan kecantikan beberapa kali dikabulkan. Panduan terbaru juga mengurai batas produksi/retouch yang boleh untuk before–after. ASA+1
Di AS, FTC merevisi Endorsement Guides (Juli 2023): hubungan berbayar harus jelas, testimoni tidak boleh menunjukkan hasil “ekstrem” tanpa konteks, dan foto/video tidak boleh menyesatkan. Influencer skincare wajib memberi pengungkapan yang “jelas dan mencolok”, bukan samar di bio. Federal Register+1

Di Luar Sana: Label “Retouched” & Kesehatan Publik

Prancis mewajibkan label “photographie retouchée” pada foto komersial model yang diubah proporsinya. Tujuannya mencegah standar kecantikan tak realistis; pelanggaran dapat didenda besar. Kebijakan ini melengkapi regulasi soal kesehatan model. Forbes+1
Norwegia juga mensyaratkan penandaan konten berbayar yang diedit oleh influencer dan pengiklan, sebagai upaya mengatasi dampak mental dari standar tubuh yang tidak realistis. Meski label bukan solusi total, ia memberi konteks pada audiens muda. The Washington Post

Dampak untuk Gen Z: Antara Literasi Iklan & Kesehatan Kulit

Bagi Gen Z, Iklan Skincare bukan sekadar promosi; ia membentuk ekspektasi. Tanpa literasi visual, klaim “glow dalam 7 hari” memikat dompet—padahal perawatan bukti kuat (retinoid, BPO, sunscreen) butuh konsistensi dan waktu. Panduan klinis terbaru tetap menempatkan retinoid, benzoyl peroxide, dan sunscreen sebagai tulang punggung, bukan filter. JAAD
Langkah praktis:

  • Cari foto standar: sudut, jarak, cahaya konsisten; hindari yang “after” lebih terang/ber-makeup. Oxford Academic
  • Waspadai testimoni ekstrem; tanya “berapa lama?”, “apa rejimen lain?”, dan “adakah uji klinis terkontrol?” Federal Register
  • Cek pengungkapan #ad/berbayar dan klaim yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan (misalnya “menghilangkan pori”). Federal Trade Commission

Kesimpulan

Before–after di Iklan Skincare bisa jujur—jika dibuat dengan standar fotografi dan klaim yang seimbang—tetapi bisa juga menyesatkan ketika filter, sudut lampu, atau copy berlebihan dipakai. Pegang tiga kunci: cek standar visual, cari bukti klinis, dan baca pengungkapan. Kulitmu unik; keputusan cerdas dimulai dari literasi iklan.

Referensi

“Before and after photos (Guidance),” ASA/CAP (UK), 2025, https://www.asa.org.uk/advice-online/before-and-after-photos.html
“Don’t gloss over the facts – advertising make-up and beauty,” ASA (UK), 2025, https://www.asa.org.uk/news/don-t-gloss-over-the-facts-advertising-make-up-and-beauty.html
“Guides Concerning the Use of Endorsements and Testimonials in Advertising (Final Rule),” Federal Register (FTC), 2023, https://www.federalregister.gov/documents/2023/07/26/2023-14795/guides-concerning-the-use-of-endorsements-and-testimonials-in-advertising
“Endorsements, Influencers, and Reviews,” FTC, 2023–2025, https://www.ftc.gov/business-guidance/advertising-marketing/endorsements-influencers-reviews
“New French Law Requires Label for Digitally Altered Photos of Models,” Forbes, 2017, https://www.forbes.com/sites/brucelee/2017/10/01/new-french-law-requires-label-for-digitally-altered-photos-of-models/
“Norway retouched photo law: Why adding labels won’t work,” The Washington Post, 2021, https://www.washingtonpost.com/lifestyle/wellness/photo-edit-social-media-norway/2021/07/08/f30d59ca-df2c-11eb-ae31-6b7c5c34f0d6_story.html
“Clinical Photography in the Dermatology Practice,” Skin & Aging (MDedge), 2012, PDF, https://cdn.mdedge.com/files/s3fs-public/issues/articles/SCMS_v31_No3_Clinical_Photography.pdf
“Standardized clinical photography… patients with skin disease,” British Journal of Dermatology, 2022, https://academic.oup.com/bjd/article/186/2/352/6599265

Catatan akses: seluruh tautan diverifikasi pada 23 September 2025.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *