CaremodeIDย โ€“ย FOMOโ€”fear of missing outโ€”adalah bensin halus yang menggerakkan banyak momen kita di snapgram. Notifikasi cerita teman yang segera hilang, stiker hitung mundur, sampai label โ€œonly todayโ€ membentuk ekosistem emosi yang dipasarkan. Di Indonesia, penetrasi media sosial yang terus naik sepanjang 2025 membuat FOMO bukan sekadar istilah psikologi populer, melainkan mekanisme yang memengaruhi keputusan, kesehatan mental, dan budaya konsumsi generasi muda. DataReportal mencatat 5,24 miliar identitas pengguna media sosial aktif secara global pada 2025; Indonesia termasuk pasar besar dengan tren penggunaan yang terus meningkat. DataReportal โ€“ Global Digital Insights+1

FOMO: Mesin Halus di Balik โ€œSnapgramโ€

โ€œCerita yang hilang 24 jam itu bukan cuma fitur; itu arsitektur urgensi,โ€ kata seorang peneliti pemasaran digital yang kami hubungi. Studi lintas 2024โ€“2025 menunjukkan FOMO berkorelasi dengan impuls belanja dan penggunaan media sosial yang lebih kompulsifโ€”sering dimediasi oleh perbandingan sosial dan harga diri. PMC+2ScienceDirect+2
Instagram Stories sendiri lama diwartakan memiliki ratusan juta pengguna harianโ€”angka 500 juta DAU kerap dikutip sebagai rujukan resmi terdahuluโ€”dan kini menjadi kanal favorit brand menanamkan rasa โ€œketinggalanโ€ melalui countdown, limited drop, hingga pre-order eksklusif. The Social Shepherd

LSI & konteks: fear of missing out, doomscrolling, social comparison, dopamine loopโ€”semuanya bekerja serentak ketika kita โ€œnonton storyโ€ tanpa berhenti.

Kapitalisme Emosional FOMO: Dari Teori ke Lini Story

FOMO
https://id.pinterest.com/pin/11681280277276560/

Sosiolog Eva Illouz menyebut pertautan antara pasar dan perasaan sebagai โ€œkapitalisme emosionalโ€โ€”emosi dibentuk, di-branding, dan dimonetisasi. Di snapgram, โ€œrasa ketinggalanโ€ menjadi nilai tukar: semakin intens emosi, semakin efektif konversi. Polity Books+1
Dalam praktiknya, format โ€œstoryโ€ menjadi laboratorium mikro untuk menata rasa: musik nostalgik, overlay teks intim, dan testimoni singkat yang menyasar โ€œloss aversionโ€ (takut kehilangan kesempatan). Penelitian efek kelangkaan (scarcity) menunjukkan urgensi meningkatkan nilai yang kita rasakan dan bias keputusanโ€”itulah logika di balik timer dan stok terbatas. Pioneer Publisher

Data Terbaru: Remaja, Kesehatan Mental, dan Paparan Konstan terhadap FOMO

Pew Research (2025) mendapati orang tua di AS sangat mengkhawatirkan kesehatan mental remajaโ€”konteks global yang relevan ketika konsumsi konten โ€œcepat dan hilangโ€ makin merata. Di sisi lain, hampir separuh remaja mengaku โ€œhampir selalu onlineโ€, menandakan paparan terus-menerus yang memperkuat FOMO. Pew Research Center+1
Di Indonesia, indikator literasi dan kesejahteraan digital jadi perhatian. Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2024 menandai kebutuhan peningkatan literasi kritis; Kementerian Kesehatan juga menyoroti tantangan kesehatan mental remaja (depresi 2% pada 15โ€“24 tahun dalam SKI 2023; rendahnya pencarian layanan). imdi.sdmdigital.id+2mobile.sdmdigital.id+2

Indonesia: FOMO, Snapgram, Komunitas, dan โ€œDropโ€ Serba Cepat

FOMO
https://id.pinterest.com/pin/25684660371766268/

Studi kasus UMKM fesyen Bandung menunjukkan Instagram (termasuk Stories) menjadi medium utama membangun komunitas merek, mengatur ritme โ€œdropโ€, dan memicu keterlibatan. Penelitian pada UKM dan brand lokal seperti Erigo mengaitkan strategi Instagram dengan niat beli serta keputusan pembelian. jurnal.stieama.ac.id+1
โ€œBegitu story diskon tayang, DM langsung meledak,โ€ kata pemilik butik kecil dalam riset tersebutโ€”ilustrasi bagaimana format yang hilang 24 jam memadatkan perhatian dan transaksi. jurnal.stieama.ac.id

Pro: Kreativitas, Akses, dan Komunitas

Di sisi pro, FOMO kadang berkelindan dengan kreativitas. Stories memberi ruang eksperimen visual, Q&A, polling, hingga micro-storytelling merekatkan komunitas. Laporan Digital 2025 menegaskan peran media sosial sebagai kanal discovery merek dan lonjakan belanja iklan digital; ini peluang bagi kreator dan UMKM. We Are Social USA
Brand bisa memanfaatkan โ€œdopamine loopโ€ secara etisโ€”transparan soal stok/kuota, menghindari klaim palsuโ€”sehingga urgensi tidak berubah menjadi manipulasi. โ€œScarcity yang jujur itu sah; yang masalah adalah scarcity rekaan,โ€ ujar seorang konsultan pemasaran etis. Pioneer Publisher

Kontra: Kelelahan Digital, Impulsif, dan Moderasi Algoritmik

Di kubu kontra, riset menunjukkan FOMO berkaitan dengan problem penggunaan media sosial dan kesejahteraan (tidur buruk, kecemasan, fokus menurun). Lembaga kesehatan mental menautkan paparan sosial berlebih pada gejala fisik dan kognitifโ€”sebuah biaya tak kasat mata dari โ€œselalu terhubungโ€. ScienceDirect+1
Konteks Indonesia juga spesifik: pemerintah menekan platform besar, termasuk Meta (Instagram), untuk lebih proaktif memoderasi konten berbahaya/distonasi. Per Agustus 2025, Reuters melaporkan pertemuan resmi dan ancaman sanksi bagi platform yang lalaiโ€”pengingat bahwa arsitektur atensi tak bisa dibiarkan liar. Reuters

FOMO di Snapgram: Tiga Pola Paling โ€œMenjualโ€ (dan Cara Menyikapinya)

  1. Countdown & limited-time promoโ€”memadatkan keputusan. Riset 2024โ€“2025 menunjukkan urgensi memperbesar persepsi nilai dan memicu impuls. Tips: tambahkan โ€œcooling-off linkโ€ ke halaman kebijakan pengembalian dan bandingkan harga. Pioneer Publisher
  2. Social proof instan (repost testimoni, stiker โ€œ99+ viewโ€)โ€”memicu perbandingan sosial, salah satu jalur FOMO menuju problem penggunaan. Tips: kreator/brand wajib menyebut konteks (syarat promo, jumlah stok), agar audiens tidak salah persepsi. PMC
  3. Eksklusif 24 jamโ€”mendorong checking berulang dan doomscrolling. Tips: jadwalkan โ€œdigital sabbathโ€, matikan notifikasi story tertentu, dan gunakan filter keyword untuk kesehatan mental. McLean Hospital

Proyeksi 12โ€“18 Bulan: Apa yang Perlu Dipantau?

  • Transparansi platform: Meta merilis laporan integritas per kuartal; pantau bagaimana perubahan kebijakan moderasi memengaruhi visibilitas konten โ€œsensitifโ€ dan rekomendasi di Reels/Stories. Transparency+1
  • Regulasi lokal: sinyal pemerintah Indonesia tentang disinformasi, judi online, dan konten berbahaya kemungkinan berlanjut dengan mekanisme sanksi. Dampaknya bisa terasa pada reach organik dan format kampanye story. Reuters
  • Kesehatan mental remaja: survei lanjutan (nasional/internasional) akan menegaskan apakah intervensi literasi digital menahan tren kelelahan digital terkait FOMO. Pew Research Center+1

Panduan Praktis: Mengakali FOMO tanpa โ€œKetinggalan Hidupโ€

  • Untuk pembaca (Gen Z & milenial):
    1. Atur story batch checkโ€”misal, dua kali sehari, 10 menit/batch.
    2. Matikan notifikasi โ€œclose friendsโ€ untuk akun yang memicu kecemasan.
    3. Terapkan aturan โ€œtanya 3 hal sebelum swipe upโ€: butuh? mampu? ada alternatif?
    4. Simpan bookmark ke rujukan netral (review/price tracker) sebelum belanja.
  • Untuk kreator/brand:
    1. Gunakan scarcity yang faktual (stok, waktu produksi), bukan rekayasa.
    2. Sertakan cooldown CTA: โ€œBaca detail pengembalian barangโ€ dan โ€œCoba produk pembandingโ€.
    3. Laporkan metrik transparan: jumlah stok/kuota, syarat & ketentuan jelas di highlight.

Internal link yang disarankan untuk dipasang di artikel ini (WordPress):

  • Baca juga: Panduan Privasi Digital untuk Pemula โ†’ /panduan-privasi-digital/
  • Baca juga: Kesehatan Mental & Media Sosial: Toolkit Praktis โ†’ /kesehatan-mental-media-sosial/

Kesimpulan

FOMO di snapgram adalah bahasa ekonomi rasa: ia mengalihkan perhatian, mengubah urgensi jadi nilai, danโ€”jika tak hati-hatiโ€”mendorong impuls yang menggerus kesehatan mental serta dompet. Kabar baiknya, kita bisa menata ulang relasi dengan layar: kreator menyeimbangkan urgensi dan kejujuran; pembaca mengatur ritme, memeriksa fakta, dan mempraktikkan jeda. Ekosistem yang lebih sehat bukan berarti โ€œketinggalan momenโ€โ€”justru memberi ruang untuk momen yang benar-benar berarti.


Referensi

  • DataReportal (Simon Kemp), 2025. Digital 2025: Indonesia dan State of Social Media 2025. DataReportal โ€“ Global Digital Insights+1
  • Pew Research Center, 2025. Teens, Social Media and Mental Health; Associated Press ringkasan โ€œhampir selalu onlineโ€. Pew Research Center+1
  • Illouz, E., Polity, 2007/2008. Cold Intimacies: The Making of Emotional Capitalism. Polity Books
  • IMDI 2024 (SDM Digital/Kominfo). Buku IMDI 2024; artikel ringkas skor 43,34. imdi.sdmdigital.id+1
  • Meta Transparency Center, 2025. Integrity Reports Q1โ€“Q2 2025. Transparency+1
  • Servidio, R. et al., 2024. FoMO โ†’ Problematic Social Media Use (PMC). PMC
  • Li, Y.Y. et al., 2024. Bidirectional FoMOโ€“PSMUโ€“Life Satisfaction (Computers in Human Behavior). ScienceDirect
  • Pioneer Publisher, 2024. Scarcity Effect & Decision Biases. Pioneer Publisher
  • Astuti, N.C., 2025. Instagram untuk Komunitas Merek UKM Bandung. jurnal.stieama.ac.id
  • IPM2KPE Journal, 2024. SMM Instagram & Niat Beli Erigo. IPM2KPE Journal
  • McLean Hospital, 2025. How Social Media Affects Mental Health. McLean Hospital
  • Reuters, 2025. Indonesia mendesak TikTok & Meta soal moderasi konten. Reuters

Catatan kredensial sumber eksternal (disarankan sebagai tautan keluar 2โ€“4):

LSI/varian yang digunakan: fear of missing out, kapitalisme emosional, doomscrolling, social comparison, dopamine loop.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *